ValSkrie 2025: Menyatukan Generasi Lewat Permainan Tradisional
Stkipgetsempena.ac.id – Valskrie 2025 menjadi lebih dari sekadar festival seni budaya; ia adalah panggilan untuk kembali ke akar budaya kita.
Pada tanggal 7 Desember 2025, Universitas Bakrie menggelar Festival Seni Budaya Bakrie yang bertajuk Valskrie 2025: Gebyar Dolan, Mari Tong Lestarikan! Acara yang berlangsung di Kampus Plaza Festival, Jakarta ini mengajak masyarakat untuk kembali mengenal dan merayakan permainan tradisional Nusantara. Melibatkan lebih dari seratus mahasiswa dan peserta eksternal dari kalangan siswa SMA, Valskrie menjadi sorotan akan pentingnya pelestarian budaya lokal di tengah arus globalisasi.
BACA JUGA : Kampus Berbasis Aksi: Menyemai Kemanusiaan
Festival Sebagai Ajang Pelestarian Budaya
Festival seni budaya seperti Valskrie 2025 memiliki peran penting dalam pelestarian nilai-nilai budaya bangsa. Permainan tradisional yang dihadirkan dalam festival ini mengingatkan kita tentang kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Dalam setiap permainan, terdapat pelajaran dan filosofi yang mendalam, serta menyatukan berbagai kalangan dalam satu semangat. Hal ini menjadi pendorong bagi generasi muda untuk lebih menghargai warisan budaya yang ada.
Partisipasi Mahasiswa dan Siswa
Keterlibatan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi dan siswa SMA menjadi daya tarik tersendiri dalam festival ini. Interaksi antara mahasiswa dan pelajar memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman. Dalam konteks ini, Valskrie tidak hanya menjadi ajang perlombaan, tetapi juga sebagai platform edukasi, di mana peserta dapat belajar lebih jauh tentang masing-masing permainan tradisional yang ditampilkan.
Permainan Tradisional yang Diangkat
Tujuh permainan tradisional yang dihadirkan dalam festival ini antara lain adalah permainan yang sudah tidak asing di telinga masyarakat, seperti Engklek, Congklak, dan Bakiak. Masing-masing permainan memiliki cara bermain yang unik dan mengajarkan kolaborasi, strategi, dan sportivitas. Keunikan bermain bersama ini menciptakan rasa kebersamaan yang semakin kuat, serta mengenalkan kembali tradisi yang mungkin mulai terlupakan.
Menghadapi Era Digital
Di tengah pesatnya teknologi dan perkembangan digital, permainan tradisional memiliki tantangan besar dalam mempertahankan relevansinya. Kesibukan generasi muda yang lebih tertarik pada gadget membuat permainan tradisional terkadang tersisihkan. Oleh karena itu, Valskrie hadir sebagai solusi untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali minat anak muda terhadap permainan yang menjadi bagian dari identitas bangsa ini. Dengan penyesuaian dalam penyampaian dan pengemasan acara yang menarik, diharapkan permainan tradisional dapat bersaing dengan hiburan modern.
Peran Pendidikan dalam Pelestarian
Vaksin budaya ini juga menjadi pengingat bahwa pendidikan formal maupun non-formal berperan penting dalam pelestarian permainan tradisional. Kurikulum yang mengintegrasikan budaya lokal ke dalam pembelajaran akan membantu siswa memahami dan mencintai tradisi mereka sendiri. Selain itu, festival seperti Valskrie menjadi contoh nyata bagi institusi pendidikan lainnya untuk melakukan hal serupa dengan menghadirkan ragam budaya di dalam kegiatan belajar mengajar.
Kesadaran dan Tanggung Jawab Bersama
Pelestarian permainan tradisional juga merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat, pemerintah, dan institusi pendidikan. Semua pihak diharapkan dapat saling bersinergi dalam upaya menghidupkan kembali budaya lokal agar tidak punah. Kegiatan seperti Valskrie bisa menjadi model untuk menyebarluaskan kecintaan terhadap budaya, sekaligus menggugah kesadaran akan pentingnya melestarikan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia.
Kesimpulan: Mari Lestarikan Bersama
Valskrie 2025 menjadi lebih dari sekadar festival seni budaya; ia adalah panggilan untuk kembali ke akar budaya kita. Melalui permainan tradisional, kita diajak untuk bersatu, belajar, dan mencintai warisan nenek moyang kita. Dalam menghadapi arus zaman yang terus berubah, penting bagi generasi muda untuk menggali, memahami, dan melestarikan budaya yang ada. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga identitas sebagai bangsa, tetapi juga menjadikan permainan tradisional sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

